Selasa, 07 April 2009

Daftar marga Batak

Daftar marga Batak dapat mengacu kepada:


Lihat pula:

Berikut beberapa marga suku bangsa Batak (Silindung_Samosir_Humbang_Toba), suku bangsa Pakpak, suku bangsa Simalungun, suku bangsa Angkola, suku bangsa Karo, suku bangsa Padang Lawas (Padang Bolak), dan suku bangsa Mandailing yang umum

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] A

AjartambunAkarbejadiAmbaritaAngkatAritonangAruan

[sunting] B

BakoBanjarnahorBanuareaBarasaBagariangBakkaraBangunBarusBarutuBatubaraButarbutarBukitBrahmanaBancinBoliala

[sunting] C

CapahCibro

[sunting] D

DalimuntheDebatarajaDaulayDoloksaribuDepariDamanik

[sunting] G

GintingGirsangGultomGurningGurusingaGajah

[sunting] H

HarianjaHarahapHasibuanHasugianHotmatuaHutabaratHutagaolHutahaeanHutajuluHutasoitHutapeaHutasuhutHutaurukHutagalung

[sunting] K

KabanKacaribuKacinambunKarokaroKasilanKelokoKembarenKetarenKudadiriKaroKarosekaliKombara

[sunting] L

LimbongLinggaLubisLumbanbatuLumbangaolLumbannahorLumbanpeaLumbanrajaLumbansiantarLumbanLumbantoruanLumbantungkup

[sunting] M

MalauManaluManikManullangManurungMarbunMarpaungMatondangMelialaMuntheManihuruk

[sunting] N

NababanNadapdapNadeakNaibahoNaiborhuNainggolanNaiposposNapitupuluNasutionNapitu

[sunting] P

PadangPakpahanPandiaPandianganPanePangaribuanPanggabeanPanjaitanParapatPardedePardomuanPardosiPasaribuPerangin-anginPinemPohanPulungan Purba

[sunting] R

RambeRajagukgukRangkutiRitongaRumahorboRumapeaRumasingapRumasondi

[sunting] S

SagalaSaingSamosirSaragiSaruksukSarumpaetSembiringSiadariSiagianSiahaanSiallaganSiambatonSianiparSianturiSibabiatSibagariangSibangebangeSibaraniSibayangSiberoSiboroSiburianSibueaSibutarbutarSidabalokSidabutarSidabungkeSidahapintuSidaurukSigalinggingSihalohoSihiteSihombingSihotangSijabatSilabanSilaenSilalahiSilitongaSinaBangSimalangoSimamoraSimandalahiSimangunsongSimanjorangSimanjuntakSimanungkalitSimaremareSimargolangSimarmataSimatupangSimbolonSimorangkirSinabaribaSinagaSinambelaSingarimbunSinuhajiSinulinggaSinukabanSinukaparSinupayungSinuratSipahutarSipayungSiraitSiregarSiringo-ringoSitanggangSitepuSitindaonSitinjakSitohangSitompulSitorusSitumeangSitumorangSitungkirSoliaSolinSorminSukatendalSurbaktiSinurayaSilitonga

[sunting] T

TambaTambunTambunanTampubolonTanjungTariganTarihoranTinambunanTinendungTobingTogatoropTogarTorongTumanggerTumanggorTurnipTurutanTigalinggaPangaribuan_sitoluama

[sunting] U

Ujung

Saragih


Saragih adalah marga atau morga dari suku Simalungun yang aslinya berasal dari daerah yang bernama Simalungun di provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Etimologi

Secara Etimologis, Saragih berasal dari "simada ragih" dalam bahasa Simalungun, yang mana "ragih" berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.

[sunting] Asal-usul

Beberapa versi sumber sejarah menyatakan bahwa leluhur marga saragih berasal dari Selatan India, yang melakukan perjalanan ke Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara.

Akibat desakan suku setempat, mereka kemudian bergerak ke daerah pinggiran Toba dan Samosir[1].

Marga Saragih pertama (Hasusuran-1) itu sendiri muncul saat salah seorang Puanglima (Panglima) dari kerajaan Nagur dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya mendirikan satu kerajaan baru di Raya (di sekitar daerah yang kini disebut Pematang Raya, Simalungun).

Daftar Raja Kerajaan Raya:

  1. Tuan Si Pinang Sori
  2. Raja Raya, Tuan Lajang Raya
  3. Raja Raya Simbolon (Namanya memakai nama wilayah kerajaannya, sebab tidak diketahui lagi siapa nama aslinya)
  4. Raja Gukguk
  5. Raja Unduk
  6. Raja Denggat
  7. Raja Minggol
  8. Raja Poso
  9. Raja Nengel
  10. Raja Bolon
  11. Raja Martuah
  12. Raja Raya Tuan Morahkalim
  13. Raja Raya Tuan Jimmahadim, Tuan Huta Dolog
  14. Raja Raya Tuan Rondahaim
  15. Raja Raya Tuan Sumayan (Kapoltakan)
  16. Raja Raya Tuan Gomok (Bajaraya)
  17. Tuan Yan Kaduk Saragih Garingging


Suku Batak Toba mengklaim bahwa marga Saragih dari suku Simalungun berasal dari Samosir (daerah yang dipercayai sebagai asal-usul suku Batak Toba) dan termasuk kelompok marga-marga yang disebut Parna (PomparAn ni Raja Nai Ambaton). Paham ini banyak ditentang oleh Marga Saragih karena belum adanya dokumen yang mendukung hal ini dan terutama karena bertentangan dengan isi pustaha (dokumen tua Simalungun) dan buku tarombo (silsilah dan sejarah marga) yang diteruskan secara turun temurun di kalangan marga Saragih.

[sunting] Submarga Saragih

Saragih terdiri dari banyak sub-marga, antara lain:

  1. Garingging
    1. Dasalak
    2. Dajawak
    3. Permata
  2. Damuntei
  3. Sumbayak
  1. Siadari
  2. Siallagan
  3. Sidabalok
  4. Sidabukke
  5. Sidabutar
  6. Sidahuruk
  7. Sigalingging
  8. Sijabat
  9. Simanihuruk
  10. Simarmata
  11. Sitanggang
  12. Sitio
  13. Rumahorbo
  14. Tamba
  15. Tinambunan
  16. Turnip
  17. Nasionggang
  18. Saing
  19. Dan lain-lain (silahkan ditambah)

[sunting] Tokoh terkenal

Pendeta J. Wismar Saragih Sumbayak

Tokoh-tokoh terkenal yang termasuk dalam marga Saragih adalah:

[sunting] Marga Simalungun Lain

Selain Saragih, di suku Simalungun terdapat 3 marga lain yang dikategorikan sebagai marga asli Simalungun, yaitu:

  1. Sinaga
  2. Damanik
  3. Purba

[sunting] Catatan kaki

  1. ^ Pdt Juandaha Raya P. Dasuha, STh, SIB (Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun) 22/10/2006

PomparAn ni Raja Nai Ambaton

Pomparan ni si Raja Naiambaton biasa disingkat menjadi PARNA[1], yaitu marga-marga yang dipercayai sebagai keturunan dari Raja Naiambaton yang karenanya tidak boleh menikah satu dengan yang lainnya. Hal ini dipertegas dalam tulisan-tulisan pustaha Batak yang berbunyi "Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru” dalam bahasa Batak Toba, yang dapat diartikan dengan ”Keturunan Raja Naiambaton adalah sama-sama pemilik putra dan putri,” yang dalam arti lebih luas lagi dapat diartikan bahwa ”Putra-putri keturunan marga-marga Naiambaton tidak boleh menikah satu sama lain.”

[sunting] Raja Naiambaton

Satu tulisan menyatakan bahwa Raja Naiambaton merupakan keturunan keenam dari Raja Batak, seperti berikut: Raja Batak memperanakkan Guru Tateabulan, memperanakkan Raja Isumbaon, memperanakkan Tuan Sorimangaraja, memperanakkan Raja Asiasi, memperanakkan Sangkaisomalindang, dan memperanakkan Raja Naiambaton.[2]

[sunting] Marga-marga Parna

Terdapat perbedaan pada jumlah marga yang masuk dalam kelompok Parna ini, hal ini disebabkan karena kebudayaan Batak yang dapat menggunakan marga leluhur, percabangan marga kakek, ayah, atau bahkan percabangan marga baru. Tetapi walau berbeda marga, semuanya mengaku dipersatukan oleh ucapan di atas ("Pomparan ni si Raja Naiambaton sisada anak sisada boru”).[3][4]

Penyebab lain dari perbedaan jumlah marga ini adalah adanya beberapa marga dari non-Tapanuli/Toba yang tidak mengakui marganya sebagai keturunan dari Raja Nai Ambaton.

Adapun marga-marga yang termasuk dalam Pomparan Ni Raja Nai Ambaton ( PARNA ) yaitu:

  1. Bancin ( sigalingging )
  2. Banurea ( sigalingging )
  3. Boangmenalu ( sigalingging)
  4. Brampu ( sigalingging )
  5. Brasa ( sigalingging )
  6. Bringin ( sigalingging )
  7. Dalimunthe
  8. Gajah ( sigalingging )
  9. Garingging ( sigalingging )
  10. Ginting Baho
  11. Ginting Beras
  12. Ginting Capa
  13. Ginting Guruputih
  14. Ginting Jadibata
  15. Ginting jawak
  16. Ginting manik
  17. Ginting Munthe
  18. Ginting Pase
  19. Ginting Sinisuka
  20. Ginting Sugihen
  21. Ginting Tumangger
  22. Haro
  23. Kombih (sigalingging )
  24. Maharaja
  25. Manik Kecupak (sigalingging)
  26. Munte
  27. Nadeak
  28. Nahampun
  29. Napitu
  30. Pasi
  31. Pinayungan (sigalingging ? )
  32. Rumahorbo
  33. Saing
  34. Saraan (sigalingging )
  35. Saragih Dajawak
  36. Saragih Damunte
  37. Saragih Dasalak
  38. Saragih Sumbayak
  39. Saragih Siadari
  40. Siallagan
  41. Siambaton
  42. Sidabalok
  43. Sidabungke
  44. Sidabutar
  45. Saragih Sidauruk
  46. Saragih Garingging
  47. Saragih Sijabat
  48. Simalango
  49. Simanihuruk
  50. Simarmata
  51. Simbolon Altong
  52. Simbolon Hapotan
  53. Simbolon Pande
  54. Simbolon Panihai
  55. Simbolon Suhut Nihuta
  56. Simbolon Tuan
  57. Sitanggang Bau
  58. Sitanggang Gusar
  59. Sitanggang Lipan
  60. Sitanggang Silo
  61. Sitanggang Upar Par Rangin Na 8 ( sigalingging )
  62. Sitio
  63. Tamba
  64. Tinambunan
  65. Tumanggor
  66. Turnip
  67. Turuten

[sunting] Catatan kaki

  1. ^ Sebagian sumber menyebut PARNA sebagai Parsadaon Raja Nai Ambaton
  2. ^ W. M. Hoetagaloeng, Pustaha Taringot Tu Tarombo ni Bangso Batak, 1926
  3. ^ N. Siahaan, BA., Sejarah Kebudayaan Batak, 1964
  4. ^ Djaja S. Meliala SH dan Aswin Peranginangin, Hukum Perdata Adat Karo Dalam Rangka Pembentukan Hukum Nasional

Tomok

Tomok adalah sebuah desa kecil yang terletak di pesisir timur Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara. Dari Medan tempat ini membutuhkan waktu kurang lebih 4-5 Jam sampai di Parapat dengan mobil carteran atau bus antar kota. Ekstra satu jam lagi untuk menyeberang dari Ajibata ke Tomok. Desa ini sangat menggantungkan kehidupan para masyarakatnya pada bidang agraris, perdagangan dan pariwisata. Desa yang ukurannya tidak terlalu luas ini tampaknya sudah cukup mendapat pengaruh modernitas yang cukup besar di kalangan masyarakatnya. Hal ini terbukti dengan persandingan antara makam, gereja tua, becak motor dan kehidupan masyarakatnya yang cukup menguasai penggunaan bahasa Inggris pada saat bertemu dengan wisatawan asing.

Banyaknya makam dan benda-benda peninggalan jaman megalitik dan purba menjadikan lokasi ini sebagai salah satu situs kebudayaan Batak yang cukup terkenal di kalangan wisatawan. Lokasinya yang terletak tepat di tepi dermaga penghubung ke Parapat juga memudahkan para wisatawan mengunjungi tempat ini. Makam besar seperti Makam Raja Sidabutar dan keluarganya, Museum Batak, Patung Sigale-Gale, Batukursi Tomok, Patung Gajah, HKBP Resort Tomok dan gereja gereja yang sederhana memenuhi daerah ini. Ditambah pula dengan adanya resort yang berada di Tuk Tuk Siadong yang semakin mengukuhkan ddaerah ini menjadi tempat pariwisata.