Kamis, 15 Maret 2012

Pengunjung Makam Raja Sidabutar di Samosir Semakin Berkurang

Sumber : humbahasnews

Tak lengkap rasanya bila para wisatawan yang berkunjung ke Samosir tidak mengunjungi makam raja Sidabutar di Tomok, Kecamatan Simanindo. Ada beberapa peninggalan raja-raja Batak dulu di desa tersebut dan bila pengunjung masuk ke lokasi makam tersebut pemandu (guide) akan mengintruksikan pengunjung untuk memakai ulos.

Adalah sarkofagus atau peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan. Masyarakat setempat menyebut batu sada, atau parholian. Kubur peti batu sarkofagus terdapat hampir di seluruh daerah di wilayah Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Namun, penyebaran kuburan bentuk ini paling banyak terdapat di Pulau Samosir, sedangkan di Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan relatif sedikit, hanya ditemukan di beberapa tempat saja.

Menurut hasil penelitian arkeologi di lapangan jumlah sarkofagus yang terindentifikasi sebanyak 49 sarkofagus, temuan di Samosir sebanyak 35 sarkofagus, di Toba Samosir 11 sarkofagus, Tapanuli Utara 1 sarkofagus dan Humbang Hasundutan 2 sarkofagus.

Menurut penjaga Makam Raja Sidabutar, ukuran bangunan kubur batu ini juga terdapat sarkofagus yang berukuran lebih kecil, panjang antara 100 cm – 145 cm, lebar 40-55 cm, tinggi 96 cm -100 cm .

“Namun, belakangan ini wisatawan yang berkunjung ke Makam Raja Sidabutar semakin berkurang,” kata salah satu warga yang berjualan tepat di pintu masuk makam Raja Sidabutar Pitner Sidabutar, akhir pekan lalu.

Bukan hanya itu saja di desa ini juga ada Museum Batak dari Makam Raja Sidabutar berjarak sekitar 150 m, dan di dalam museum ini terdapat peninggalan orang tua zaman dulu,seperti senapan laras panjang, buku aksara Batak (buku lak–lak), tempat penyimpanan padi, dan enge-enge. Berdasarkan pengamatan BATAKPOS, Museum Batak peninggalan peniggalan orangtua dulu sedikit tidak terpelihara. Ketika hal ini dikonfirmasi kepada pihak pengelola yang juga saudara dari Pitner, mereka mengatakan minimnya dana menyebabkan kondisi seperti sekarang ini