From: Hizkia R. William <hizkia.william@indosat.com>
Date: 2011/3/18
Subject: (41) KELUARGA YANG BERMISI...........Jgn munafik; Sdh bertobat?; Hati2 penipuan berkedok Rohani & MARI BERDOA
To:
Thank you and God Bless!
APABILA ANDA KEBERATAN MENERIMA E-MAIL INI , SILAKAN REPLY.. , KAMI AKAN DELETE SEGERA
RENUNGAN HARI INI
Jumat, 18 Maret 2011
KELUARGA YANG BERMISI
Bacaan : Roma 16:1-5
Setahun: Hakim-hakim 20-21
Nats: Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus (Roma 16:3)
Bagi sebagian orang kristiani, "bermisi" kerap dianggap sebagai pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh gereja atau lembaga misi. Juga hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang secara khusus terbeban untuk melakukan pelayanan misi. Namun sesungguhnya, pela-yanan misi dapat dilakukan oleh setiap orang percaya.
Keluarga Priskila dan Akwila memahami bahwa misi tidak hanya untuk orang-orang tertentu, melainkan juga untuk keluarga mereka. Selain memberitakan tentang Kristus ke berbagai daerah, mereka juga mendukung pelayanan rekan-rekan mereka-seperti Paulus. Mereka tidak sibuk memikirkan kehidupan pribadi. Mereka tidak menyibukkan diri untuk mendapat ke-untungan sebanyak-banyaknya agar semakin kaya. Mereka tidak menutup pintu bagi orang-orang yang membutuhkan jamahan Kristus (1 Korintus 16:19). Mereka berdoa bagi orang-orang yang belum atau baru mengenal Kristus. Mereka memberi dukungan untuk membangun orang lain. Mereka juga memberi waktu untuk mengajar dan berbagi dengan orang lain (Kisah Para Rasul 18:18).
Keluarga dihadirkan Allah agar tidak hanya memikirkan kepentingan keluarga itu sendiri, tetapi agar dipakai untuk menjadi berkat bagi banyak orang. Misalnya, satu keluarga mau menyediakan waktu untuk mendoakan orang lain. Atau, mendukung departemen misi dalam gereja atau lembaga misi lain dengan dana, pikiran, dan tenaga. Atau, membuka lebar-lebar pintu rumah untuk siapa saja yang sedang berkeluh kesah. Biarlah kasih Kristus melingkupi ke-luarga-keluarga kita, agar kita semua dapat berperan secara maksimal --AMS
KELUARGA YANG BERMISI MENGENALI PANGGILAN ALLAH
UNTUK TAK HENTI MELAYANI DAN MEMBAGI BERKAT
__________________________________
Roma 16:1-5
1 Aku meminta perhatianmu terhadap Febe, saudari kita yang melayani jemaat di Kengkrea,
2 supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan, sebagaimana seharusnya bagi orang-orang kudus, dan berikanlah kepadanya bantuan bila diperlukannya. Sebab ia sendiri telah memberikan bantuan kepada banyak orang, juga kepadaku sendiri.
3 Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus.
4 Mereka telah mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi.
5 Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam kepada Epenetus, saudara yang kukasihi, yang adalah buah pertama dari daerah Asia untuk Kristus.
PONDER THIS DAY
Friday, March 18, 2011
FAMILY THAT mission
Readings: Romans 16:1-5
One Year: Judges 20-21
Nats: Greet Prisca and Aquila, my fellow workers in Christ Jesus (Romans 16:3)
For some Christians, "mission" is often regarded as a service that can only be done by a church or mission agency. Also only be done by people who specifically burden to do missionary service. But in fact, full-time ministry missions can be done by every believer.
Priscilla and Aquila family understand that the mission not only to certain people, but also for their families. In addition to preaching about Christ to the various regions, they also support their fellow service-like Paul. They are not preoccupied with personal life. They are not busying themselves to get the advantage as much as possible for the rich. They did not close the door for people who need the touch of Christ (1 Corinthians 16:19). They pray for people who have not or are new to Christ. They provide support to build others. They also give time to teach and share with others (Acts 18:18).
Family of God presented to not only think about the interests of the family itself, but for used to be a blessing for many people. For example, one family willing to make time to pray for others. Or, support the department's mission in a church or other mission agencies with funding, thoughts, and energy. Or, open the door wide open for anyone who is lamented. Let Christ's love surround the family-our family, so we all can contribute the maximum - AMS
FAMILY OF GOD CALLS mission IDENTIFYING
TO SERVE nonstop and share BLESSING
__________________________________
Romans 16:1-5
1 I ask your attention to Phoebe, our sister who serve the church in Cenchrea,
2 so that you may welcome her in the Lord, as it should be for the saints, and give him assistance if needed. Themselves have for she give aid to many also me themselves.
3 Greet Prisca and Aquila, my fellow workers in Christ Jesus.
4 They have risked their lives for my life. To them not only do I thank you, but also all the churches are not Jewish.
5 Greetings also to the church in their home. Greet Epenetus, my beloved brother, who was the first fruit of the Asian region for Christ.
Jangan munafik
Bagi Tuhan Yesus, pertolongan atas orang yang telah dirasuk setan selama 18 tahun adalah sesuatu yang mendesak. Sabat dan rumah ibadat tidak boleh menjadi penghalang. Bukankah Sabat justru diberikan Elohim untuk kebutuhan manusia (Mrk. 27)?
Berbeda dengan pemimpin rumah ibadat. Tampaknya ia mengasihi Elohim, ternyata ia mengabaikan sesama. Sebagai pemimpin rumah ibadat, seharusnya ia bersyukur bila kebaikan Elohim dinyatakan kepada orang yang dirasuk setan itu. Namun sebaliknyalah yang terjadi. Ia malah bersungut serta menyulut amarah jemaat, ketika melihat orang itu mengalami pemulihan total. Padahal ia sendiri pun sering melanggar Sabat dengan menggiring ternaknya untuk memberi mereka makan dan minum (15). Maka di hari Sabat itu, Yesus menyatakan kehendak Elohim yang sejati. Ia memulihkan orang yang dirasuk setan sekaligus membongkar kemunafikan dalam diri pemimpin rumah ibadat.
Ironis, orang yang seharusnya mengarahkan pelaksanaan peraturan agama, justru memutar balikkannya. Peraturan agama hanya ia tujukan bagi orang lain, dan bukan bagi dirinya juga. Kita pun bisa terjebak ke dalam kesalahan yang sama sehingga kita hanya bisa melihat kesalahan orang lain, padahal kesalahan kita jauh lebih buruk.
Kiranya Tuhan menolong kita untuk tidak munafik.
Sudah bertobat? Beritakan Injil!
Orang Yahudi pada masa Tuhan Yesus hidup mengira bahwa semua orang Yahudi (kecuali para pendosa) pasti akan masuk ke dalam Kerajaan Elohim, sedangkan bangsa-bangsa lain tidak akan selamat. Maka terhadap pertanyaan, "…sedikit sajakah yang akan diselamatkan?" Tuhan Yesus menjawab bahwa keselamatan harus direspons dengan pertobatan.
Masuk lewat pintu yang sempit (24) menandakan perlunya rendah hati dan bertobat. Sedangkan pintu yang tertutup (25) menandakan kesempatan untuk bertobat sangat singkat. Bertobat berarti memiliki relasi sejati dengan Elohim, bukan sekadar pernah makan minum di hadapan Tuhan atau pun mendengar pengajaran-Nya (26-27).
Lebih ekstrim lagi, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa banyak dari orang Yahudi tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Elohim, justru, sebaliknya banyak orang dari antara bangsa-bangsa nonYahudi yang akan masuk ke dalamnya (28-30).
Tuhan Yesus meratapi bangsanya sendiri (34-35). Merekalah yang justru menolak Juruselamat utusan Elohim, sama seperti dulu nenek moyang mereka membunuh nabi-nabi-Nya. Bukan berarti Elohim tidak akan mengasihi mereka lagi. Sebaliknya, Tuhan Yesus tahu kematian-Nya adalah satu-satunya cara untuk menebus mereka dari dosa. Maka pertobatan orang-orang Yahudi haruslah dengan cara sama seperti yang dilakukan bangsa-bangsa lainnya, yaitu percaya kepada Yesus dan menerima Dia secara pribadi sebagai Juruselamat (35)!
Hal utama saat ini adalah meyakini apakah diri sendiri sudah bertobat! Sudahkah Anda masuk lewat pintu yang sempit itu? Jangan tunda karena sewaktu-waktu pintu itu akan ditutup. Ingat, waktunya sangat singkat.
Bagi Anda yang sudah bertobat, beritakanlah Injil sehingga banyak orang berkesempatan memasuki pintu sempit itu!
All the Glory to God!!
From: Br. Yoanes FC
Ini sungguh-sungguh terjadi.
Rekan-rekan netters yth.
Ini adalah cerita nyata, karena yang mengalami musibah kehilangan tabungan sebesar 45jt dan sekotak perhiasan adalah kakak kandungku sendiri.
Sekarang ini, kelompok penipu dengan metode hipnotis sudah merambah ke wilayah-wilayah "sakral" yakni gereja dan mereka dengan lihai menyaru diri sebagai "kelompok pendoa". Usai mengikuti ekaristi di sebuah gereja di Jakarta Pusat, kakak perempuan saya terbuai akan "hiburan rohani" ketika seorang bapak paruh baya dengan dandanan rapi menyatakan akan mendoakan yang bersangkutan. Bahkan, rombongan pendoa pun didatangkan, ketika kakak saya dipertemukan dengan dua-tiga bapak lainnya.
Yang mengejutkan, bapak pertama itu malah berani mengaku "romo". Sudah perlente, tampan, dan meyakinkan lagi, jadilah kakak perempuan saya pun dibuat "terlena" oleh penampilan fisik, cara bercakap santun, janji "rohani" untuk didoakan, dan kemampuan "pastor aspal" berikut dua asistennya yang bisa "membaca isi hati" calon korbannya.
Ketika kakak saya mengisahkan cerita itu, dia sendiri mengaku heran kenapa para "bapak yang mulia" itu bisa mengetahui isi hatinya, kegelisahan perasaan, dan hal-hal yang sifatnya personal.
Maka tak heran, ketika dia minta nomor HP pun, dengan penuh keyakinan nomor itu dia berikan. Katanya, "ini untuk memudahkan kontak batin agar proses mendoakan Ibu semakin intensif," kata kakak saya mengulani percakapannya dengan para pencoleng "berbaju" rohani ini.
Singkat kata, kakak saya berhasil diperdaya. Sebelumnya sempat ditegur teman kantor kenapa buru-buru mencairkan depositonya, namun apa lacur kekuatan "pesona" dan mungkin juga hipnotis sudah meracuni kakak saya hingga akhirnya kakak saya dibawa ke sebuah resto di bilangan Jl. Thamrin, Jakarta Pusat dengan seperangkat "sajian persembahan" berupa 1 bungkus uang tunai 45 jt (hasil pencarian deposito) dan 1 kotak perhiasan.
Intinya, kakak saya didoakan dan persembahan itu dipersembahkan sebagai "berkat" untuk banyak orang. Sebagai silih penghiburan, kakak saya diberi 200 USdollar. Entah tergiur atau belum pernah lihat dolar, serta merta uang tersebut dikantonginya.
Selain lembaran gambar George Washington di tangan, kakak saya juga disangoni sekotak sebagai "persembahan".
Tapi, bungkusan uang dan kotak perhiasan juga beralih ke tangan mereka. Dan anehnya, kakak saya dengan ikhlas merelakan itu semua.
Tiga pekan berlalu tanpa kehebohan. Kakak saya sempat mudik ke Jawa Tengah dan tidak ada perasaan "aneh" menyapanya sepanjang dua pekan pertama.
Barulah menginjak pekan ketiga usai pertemuan "ganjil" berkedok doa bersama di sebuah resto itu, perasaan kakak saya mulai gundah. Dia mulai sadar, depositonya sudah cair; kotak perhiasan warisan almarhum kedua orangtua kami juga sudah berpindah tangan.
Melacak mereka? Nomor-nomor HP yang dulunya mereka gunakan untuk komunikasi sudah tidak aktif lagi. Dan perasaan gundah gulana pun mulai membuncah secara masif. Kakak saya mulai sedikit histeris. Maklum, uang sebanyak 45 juta adalah angka lumayan besar untuk seorang pegawai negeri, sekalipun tidak ada tanggungan karena masih lajang. Kotak perhiasan yang merupakan tali emosional dengan kedua orangtua kami juga sudah tak berbekas di tangan.
Singkat kata, kehebohan batin mulai mendera hati kakak saya hingga akhirnya dia menyuruh temannya untuk membuka "kotak persembahan" pemberian ketiga pendoa gadungan tersebut. Sudah bisa ditebak apa isinya: batu!
Maka lemaslah kakak saya menangisi kebodohan dan kenaifannya "merespon" pesona fisik dari para pria tampan, perlente dan berlaku santun. Mengaku romo lagi!
Seminggu setelah kejadian nahas itu, barulah kakak saya berani bercerita kepada kami. Mau melacak kemana perginya para bandit berkedok pendoa itu, agak susah juga.
Kalau boleh disebut "nasehat" dari seorang adik kepada kakaknya, maka saya berani berujar: "Tak ada yang lebih membahagiakan kita sebagai manusia, selain kita bisa berbagi kasih dengan sesama. Kita bisa hepi, melihat orang lain tersenyum karena uluran kasih kita."
Kakak saya mungkin bereaksi tidak senang dikotbahi sama adiknya. Namun, saya percaya Roh Tuhan juga bekerja diam-diam menggerakan hati, kehendak, dan tekad kakak saya: seorang yang rajin berdoa dan berziarah kemana-mana, namun sering lupa bahwa "iman tanpa perbuatan itu mati".
Dia banyak berdoa, berziarah, namun lupa bahwa doa itu menjadi berkat kalau diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan baik kepada orang lain.
Semoga pengalaman ini menjadi guru "rahmat" bagi dia dan semua orang yang membaca catatan pribadi ini.
The day you are no longer burnt with love, many others will die of the cold. Itu cuplikan sebuah poster rohani di sebuah susteran yang terbaca setiap kali saya mengunjungi suster untuk memperlancar komunikasi Perancis saya dengan Suster tersebut. In finem omnia: Gloria Dei vivens homo.
All the Glory to God!!
"MARI BERDOA"
Matius 17:20
Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
RENUNGAN
Bibi Marion mempunyai delapan anak dari keluarga besar. Bagi kami. Ia tempat mengadu semua kesulitan, kekhawatiran, juga berbagi kabar gembira. Satu hal paling kusuka dari bibi, kapan pun aku menelponnya untuk menceriterakan masalah, pada satu titik ia akan berkata, "Mari kita berdoa". Dan kami pun melakukannya.
Imannya jadi teladan. Tiap pagi, Bibi duduk di meja dapur dengan Alkitab, buku renungan, dan buku harian. Sebagian halamannya bukan berisi daftar kekhawatiran dan masalah melainkan ayat-ayat Alkitab keadaan yang dihadapinya.
Iman memang tidak kasat mata. Salah satu cara menyatakannya adalah dengan melakukan kebenaran firman Elohim. Itulah yang membuat iman kita tampak nyata. Dalam keadaan sulit, alih-alih memusatkan perhatian pada masalah dan kekhawatiran yang kuhadapi, aku dapat membaca firman Elohim, mengingat dan merenungkan kebenarannya – hal yang tidak akan berubah. Elohim membantu kita memakai bahkan iman sekecil biji sesawi untuk memindahkan gunung.
Doa:
Ya Tuhan, tolonglah kami membaca firman-Mu dan mengingat apa yang KauKatakan mengenai masalah yang tengah kami hadapi. Amin.
Have a nice day & God bless U
*****
"This message is intended only for recipients who are authorized to receive it.
It contains confidential and/ or legally priveleged information belong to PT INDOSAT Tbk ("INDOSAT"), therefore the authorized recipients shall protect this confidential information disclosed pursuant to provisions of Indosat's policy.
If you are not a valid recipient of this message, please delete it from your system and/ or destroy all of the tangible material produced from the information herein together with all copies or reproductions thereof and notify the sender immediately.
Please also be notified that any disclosure, copying, distribution or taking any action based on the contents of this message is strictly prohibited and may be unlawful".
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar